Di puncak Kahyangan, pertempuran sengit terjadi antara pandawa dan Kurawa. Dengan gagah berani, Gatotkaca tokoh terkuat dari pihak Pandawa, mengayunkan gadanya ke kanan dan ke kiri, menghempaskan lawan-lawannya seperti bulu ayam tertiup angin ribut. Namun, di tengah amukan perang, Tiba-tiba, Duryodana—si kepala batu Kurawa—melayangkan tinju maut dan berhasil mendarat telak di pipi Gatotkaca.

"Duarrr!"

Gatotkaca terlempar jauh, sangat jauh, lebih jauh dari ekspektasi siapa pun. Ia berputar-putar di udara bak pesawat tanpa tujuan, menembus awan, melintasi dimensi, sampai akhirnya...

"Brukk!!"

Gatotkaca jatuh dengan sukses di tengah sebuah pasar yang ramai, bernama Pasar Merah. 

Ia membuka mata dan melihat pemandangan yang belum pernah ia saksikan sebelumnya—pedagang yang berteriak menawarkan dagangan, motor-mobil yang parkir sembarangan, dan aroma campuran antara gorengan, ikan asin, dan keringat manusia.

"Astaga, ini aku berada dimana ?" gumamnya sambil mengusap kepalanya yang masih nyut-nyutan.

Tiba-tiba, sekelompok orang datang dan mengerumuninya.

"Eh, lu siapa? Mau ngamen di sini ya? Kalo mau ngamen , izin dulu sama Bos Karjo!" bentak seorang pria bertato dengan kacamata hitam, yang ternyata adalah preman pasar sekaligus tukang parkir.

"Haaah... ngamen? Siapa itu Bos Karjo?" tanya Gatotkaca yang saat itu masih memegang gada dan menggunakan pakaian perang ala kahyangan. Ia masih tampak bingung.

Tak lama kemudian, muncul seorang pria besar dengan kumis tebal dan perut buncit. "Wah, wah, pendatang baru ya? Kalau mau usaha di Pasar ini, harus ijin dulu Ama gua"

Entah, bagaimana ceritanya. Namun, singkat cerita, Gatotkaca menjadi tukang parkir di pasar tersebut.

Dengan tenaga raksasanya, ia bisa mengangkat motor dan mobil hanya dengan satu tangan. Dalam waktu singkat, ia menjadi tukang parkir paling disegani di Pasar Biru. Tak ada yang berani melawan, tak ada kendaraan yang bisa parkir sembarangan.

Namun, Gatotkaca tidak puas hanya menjadi tukang parkir. Dengan kecerdasannya, ia mulai mengatur ulang sistem pasar. Ia menertibkan preman-preman, menaikkan pendapatan parkir, dan bahkan membuka usaha baru di pasar. Dalam beberapa tahun, ia sukses menjadi penguasa Pasar yang dihormati dan ditakuti.

Namun, suatu malam, saat sedang duduk di atap ruko, Gatotkaca menatap ke langit dan rindu dengan Kahyangan. "Aku harus kembali... Tapi gimana caranya?"

Saat itulah, ia melihat seorang pedagang petasan sedang menyalakan dagangannya.

"Bos Gatot, mau coba? Ini mercon sumbu paling besar!"

Seketika, ide gila muncul di kepala Gatotkaca.

"Bang, kita butuh yang lebih besar. Bantu aku buat mercon super besar!"

Akhirnya, mereka berdua pun merakit petasan raksasa. Setelah petasan sudah jadi, dan atas perintah Gatotkaca, si Abang mengikatkan petasan raksasa itu ke tubuh Gatotkaca, lalu menyalakan sumbunya.

"Duarrrrr!!!"

Dengan kekuatan ledakan yang luar biasa, Gatotkaca melesat kembali ke langit, terbang menembus awan, dan kembali ke Kahyangan dengan cara paling nyeleneh dalam sejarah pewayangan.

Sesampainya di Kahyangan, para dewa melongo.

"Hei Gatot... kok pulang naik petasan?!" tanya Batara Guru sambil menggaruk kepala.

Gatotkaca cuma tersenyum. "Pokoknya yang penting sampai, kan? Oh iya, saya bawa oleh-oleh..."

Dari balik bajunya, Gatotkaca mengeluarkan satu plastik gorengan dan satu plastik cabe rawit.

Para dewa hanya bisa saling pandang sebelum akhirnya ikut makan gorengan bersama Gatotkaca di bawah langit Kahyangan yang damai.